"Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras bisa menyesatkan.." 
"Jangan pula tertarik pada kekayaannya, karena kekayaan bisa musnah.."
"Tertariklah pada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, karena hanya senyumlah yang dapat membuat hari yang gelap menjadi cerah.."

Label:


“Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.” 

--Tere Liye, novel "Daun yang jatuh tak pernah membenci angin"

Label:

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya. Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah.

Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.

--Tere Liye, novel 'Daun yang jatuh tak pernah membenci angin'

Label:

Pada suatu hari "Kematian" dan "Kehidupan" bertemu satu sama lain, lantas mereka ngobrol: 

Kematian : "Kenapa orang2 itu menyukai kamu, tapi mereka amat membenci aku?"  

Kehidupan (menjawab sambil tersenyum) : "Orang-orang menyukaiku karena aku adalah 'dusta yang indah', sedangkan mereka membencimu karena kamu adalah 'kebenaran yang menyakitkan'."

Label:

"Kita harus berani membuat terobosan. Jangan rutinitas. Jangan monoton. Harus ada perubahan, ADA INOVASI.. 

(jokowi)

Label:

Presentasi Dadakan EAP 211212 *Minority Group and Religious Unrest*

The persecution and harassment of the Ahmadiyah and other religious minorities in Indonesia have not yet been addressed and President Susilo Bambang Yudhoyono has put this problem on the back burner. The Myanmar government is not doing anything to resolve the problems facing the Muslim Rohingya.

Indonesia and Myanmar should learn from Vietnam. The Vietnamese government has not alienated any ethnic tribe in the country, and a good example of this comes from its treatment of the ethnic Hmong mountain tribes.

According to the English-language newspaper Vietnam News (Dec. 16) this ethnic nomadic tribe with their slash and burn agricultural techniques, have now settled in homes built for them by the government in mountainous regions in an effort to stop their agricultural techniques from destroying rainforests. The government has also allocated farmlands for each family.

Infrastructure was put into place enabling these people to easily reach nearby villages for their shopping. The military helped to improve their agricultural skills and now the Hmong tribes live peacefully, working hard on their farmlands. They are not suffering from hunger and malnutrition anymore. They are also allowed to practice their own religion i.e. Shamanism and worshipping the spirits of their ancestors.

Indonesia and Myanmar should follow the example of Vietnam. Although 85 percent of the population in Vietnam are Mahayana Buddhists, almost 10 percent are Christians (Roman Catholics, Protestants and Russian orthodox) with the rest either Muslim, Hindu, Cao Dai or Hoa Hao. No religious discrimination is allowed by the government and no religious unrest exists.

Each religious group is allowed to practice their own beliefs.

Label:

Laron Yang Rendah Hati


Sejenak kita amati perilaku hewan dimusim hujan ini untuk dijadikan pelajaran dalam perilaku kehidupan agar kedepan lebih baik. Laron adalah hewan tersebut yang layak kita amati, laron yang hanya muncul pada musim penghujan ditengah penantian panjang dimusim kemarau.
Laron adalah rayap yang telah bersayap dan keluar dimusim hujan untuk mencari pasangan hidup guna melahirkan rayap-rayap generasi penerus mereka. Yang unik laron-laron beterbangan mencari cahaya lampu-lampu malam dan cenderung memilih cahaya lampu yang paling terang diantara lampu-lampu.
Cahaya ada dua makna cahaya sebagai bentuk Nurillah (cahaya kebenaran Tuhan) dan juga cahaya sebagai bentuk kekuasaan. Laron-laron senantiasa mencari cahaya terang bila ada yang lebih terang lagi laron akan berpindah kecahaya tersebut. Kenekatan keberanian dalam mendekati cahaya lampu tersebut derasnya hujan hingga kematian mengancam dirinya laron-laron tetap maju hingga dapat menggapai cahaya paling terang.
Namun ketika telah mencapai cahaya paling terang tersebut, laron-laron berjatuhan dan sayapnya rontoh, berjalan kembali kekubangan tanah liat untuk melahirkan generasi penerusnya,dan tidak ternbang lagi menggapai cahaya tersebut karena dia menyadari dirinya tak kuat dan tak bersayap lagi.
Ada dua hikmah dalam perilaku laron-laron tersebut untuk patut kita teladani yaitu:
Pertama dalam mencari cahaya kebenaran/kebaikan senantiasa mencari cahaya yang paling terang dari cahaya yang ada bukan mencari cahaya yang redup. Semangat berani menerjang badai bahkan rela mati dalam menggapai cahaya tersebut.
Sebagai manusia tentulah ingin menggapai sebuah cita-cita yang diangan-angankan,dalam menggapainya tentulah harus dengan kesungguhan hati pantang menyerah hingga meraih cita-citanya. Seabagaimana kegigihan laron-laron menggapai cahaya lampu.
Kedua ketika laron-laron menggapai cahaya tersebut, terjatuh dan tidak rakus untuk terbang lagi menggapainya namun mempersiapkan generasi penerusnya untuk menggapainya kelak.
Cahaya sebagai perlambang kekuasaan, hendaknya ketika meraihnya dengan ketulusan dan kesungguhan akan tetapi ketika telah meraihnya tidak rakus untuk meraihnya kembali namun mempersiapkan generasi penerus pemimpin bangsa untuk meraihnya, karena harus menyadari dirinya sudah tidak mempunyai sayap-sayap kepiawaian, ketegaran dan kecerdasan untuk meraih dan mengemban kekuasaan tersebut.
Laron-laron yang rendah hati tersebut hendaknya jadi tauladan bagi kita untuk senantiasa meraih cita dalam hidup. Dan juga jadi contoh bagi politikus negeri ini agar tidak rakus meraih kekuasaan lagi karena sayap-sayap mereka telah rapuh dan rontok dan tak akan mampu membawa negeri ini kearah yang lebih baik, namun akan sebaliknya akan terpuruk kejurang kesengsaraan.
Sudah saatnya cahaya kekuasaan negeri ini diraih oleh laron-laron yang baru lahir yang sayap-sayapnya kokoh dimusim penghujan perpolitikan negeri ini, bukan laron-laron musim hujan politik yang lalu yang telah rontok sayapnya.
Sedikit coretan penuh bahasa kias dan teka-teki semoga bermanfaat.

From : http://coretanpenaku.blogdetik.com/2012/coretan-opini/laron-yang-rendah-hati/



  • Web
  • Blog Anda
  • Visitors

    About Me

    Endraswari Eskamurti
    A public administration student of Sebelas Maret University
    Lihat profil lengkapku

    Blog Search

    Entri Populer

    Followers

    ...cursor

    Diberdayakan oleh Blogger.